Anda pasti sudah mengenal dengan kata "Maaf". Kata ini begitu sederhana, singkat, dan mudah di ucapkan. Tapi ketika kita berbuat sesuatu kesalahan terhadap orang lain, kadang lidah begitu kaku dan kelu tuk mengucapkan kata ini. Ada apa gerangan.....?
Dalam diri manusia itu ada yang namanya sifat egois, mau menang atau benar sendiri meski terkadang jika dilihat secara jernih kejadian yang terjadi, salah itu mungkin ada dalam dirinya sendiri. Lalu dengan lihainya, lidah kita memutar balikan keadaan menjadi sebaliknya. Setelah memutar balikkan keadaan, lalu diri kita mulai memasang harga diri sebagai tameng dan enggan mengakui kesalahan yang telah di perbuat.
Manusiawi sekali jika kita merasa marah bila kita diperlakukan dengan tidak baik. Manusiawi sekali jika kita emosi tatkala kita lalu di persalahkan. Dan manusiawi sekali jika kita memiliki sifat amarah. Tapi hal yang manusiawi juga jika manusia tidak terlepas dari kesalahan karena memang manusia tempat nya salah dan khilaf.
Tapi terkadang benar dan salah bisa sangat tipis perbedaannya. Anda tahu kenapa? karena manusia bisa memiliki sudut pandang yang berbeda. Jika kita sudah memiliki sudut pandang yang berbeda, tentu masing-masing pihak akan merasa benar dengan sendirinya.
Lalu apa sebaiknya yang bisa dilakukan..?
Jika saya diberi pertanyaan di atas, jujur saya akui saya pasti bingung menjawabnya. Karena terkadang rasa amarah terlanjur menyelimuti hati dan enggan beranjak dari sana. Tapi saya tetap berusaha tuk coba menyingkirkan amarah itu dan berusaha berbaik sangka tentang apa yang telah terjadi. Saya coba merubah sudut pandang saya dan berusaha mengkondisikan jika saya menjadi lawan bicara saya. Ini salah satu jalan yang biasanya saya lakukan.
Jika memang saya melakukan kesalahan, insyaAllah dengan kebesaran hati saya meminta maaf. Bahkan meskipun saya menilai bukan saya yang salah, saya tetap akan meminta maaf. Maaf atas kejadian yang terjadi yang mungkin menyinggung ataupun melukai hati.
Berbesar hati mengakui kesalahan dan meminta maaf bukan sebuah hal yang merendahkan derajat seseorang melainkan menunjukan kemuliaan hati seseorang.