Tuesday, February 14, 2006

Serenity Prayer

God grant me the serenity

To accept the things I cannot change,

The courage to change the things I can,

And the wisdom to know the difference,

Living one day at a time

Enjoying one moment at a time

Yesterday was cancelled check

Tomorrow is still a promissory note

Today is a present

Because There is no time but now

Bersabarlah kawan..!!!

Ini hanyalah ungkapan keprihatinan dan turut berempati terhadap seorang teman yg mungkin sedang diperlakukan tidak adil dan mungkin bisa dikategorikan perbuatan dzalim terhadapnya. Aku hanya bisa mendoakan dan mensupport melalui sebuah kata-kata.


***********


Aku hanya bisa berkata:
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.."
untuk segala bentuk kedzaliman dan segala bentuk ketidakadilan
yang membuat seseorang menderita dan menjadi sebuah musibah baginya.

Bersabarlah kawan, ada sebuah hikmah yg akan disampaikan padamu melalui peristiwa yg kau alami. Dan selalu jadikan shalat dan sabar sebagai penolongmu.



By
-Acul-

Tuesday, February 07, 2006

Sosok pimpinan..

Menggapai/menempati posisi tampuk pimpinan atau menjadi seorang pimpinan dalam hal ini Boss adalah hal yg mudah sajah diraih. Dengan skill dan pengetahuan (tidak hanya dibidang ilmu tp jg dari cara berpikir atau pola pikir yg terbentuk) yg di peroleh di bangku pendidikan, seseorang bisa menggapai posisi tersebut. Tapi tentu dengan cara sehat yaitu melalui kerja keras serta prestasi kerja yg cukup bagus dan mungkin sedikit keberuntungan. Permasalahannya adalah bagaimana orang tersebut bukan hanya sekedar menjadi pimpinan atau Boss disuatu perusahaan tapi pimpinan atau Boss yg punya sikap empati dan simpati yg dalam terhadap bawahan dan lingkungannya.

Menjadi Boss (sekali lagi) adalah hal yg mudah menurut saya, tapi bagaimana menjadi Boss yg bisa sekaligus menjadi seorang Ibu/Bapak bagi staff bawahannya dimana sang Boss mampu mengerti, mengayoni, dan memberikan teladan bagi bawahannya, juga mampu mengerti aspirasi dan dapat menjembataninya dengan pihak management atau menjadi seorang kawan yang bisa berbagi rasa suka dan duka, adalah menjadi sesuatu yg langka menurut saya. Hal-hal seperti inilah yg saya rasa tidak diperoleh pada saat kita berada dibangku pendidikan. Hal-hal tersebut menurut saya diperoleh dari pengalaman-pengalaman hidup yg tak hanya melihat posisi diatas atau minimal selevel dengan jabatan tersebut tp jg mau melihat orang-orang yg posisinya berada dibawah level itu atau paling bagus pernah merasakan kehidupan orang-orang yg berada di bawah levelnya alias pernah menjadi bawahan jg dan kemudian tidak menjadi orang yg lupa pada asalnya. Semakin banyak kita melihat dan mendengar, semakin banyak pula hal-hal yg bisa diambil pelajaran dari nya dan semakin pula kita punya rasa empati dan simpati yang dalam ketika mereka mengalami hal-hal sulit meskipun tanpa suara atau mereka suarakan.

Itulah sosok pimpinan yg sangat dirindukan bahkan akan sangat dicintai tidak hanya oleh staff-staff bawah2an nya tp juga oleh orang-orang yg berada disekililingnya. Yaitu, Seorang pimpinan atau Boss yg tidak egois yg hanya memikirkan atau mementingkan kepentingan dirinya sendiri tapi bisa menempatkan diri kapan saatnya menjadi pimpinan yg tegas, disegani dan dihormati dan kapan saatnya menjadi seorang Ibu atau Bapak dan juga sekaligus seorang kawan.


Lalu, apakah anda memiliki sosok pimpinan seperti itu ditempat anda bekerja...? saya hanya mendoakan, smoga sajahh... :)



-Acul-

Hijrah...

Seharusnya tulisan ini sudah saya posting hari rabu yg lalu. Namun karena rabu adalah last day saya bekerja di perusahaan stc, maka saya terlena dan terhanyut dengan suasana last day itu. Hingga akhirnya saya lupa memposting tulisan ini. Dan sekarang setelah dapat menggunakan fasilitas internet langsung saya mamfaatkan untuk memposting tulisan saya yg tertunda ini. Sekedar menuangkan apa yg ada di pikirin saya sajah mengenai hijrah.

********


Tahun baru Islam 1 Muharam 1427H telah tiba yg jatuh pada hari Selasa 31 Januari 2006. Dan seperti biasa menjelang akhir dan awal tahun menjadi ajang intropeksi diri untuk mengetahui sejauh mana amal perbuatan kita selama setahun belakangan ini. Sebenarnya intropeksi diri menurut saya perlu dilakukan tidak hanya pada saat momentum seperti ini saja tapi setiap waktu dan setiap saat kita harus dapat mengintropeksi diri. Untuk apa kita diperintah mengerjakan sholat 5 waktu selain kita disuruh untuk mengingat Allah dan juga berdoa didalamnya..? bagi saya ini adalah bagian dari intropeksi diri dalam keseharian kita (hijrah dari kesibukan dunia kepada mengingat Tuhan) tapi entah dengan yg lainnya. Tapi lagi-lagi ini adalah soal momentum suatu peristiwa dimana ini adalah sebuah sejarah pada saat Nabi Muhammad SAW Hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Oleh karena ini adalah sebuah peristiwa hijrah maka banyak pula yg menjadikan peristiwa ini momentum untuk kita berhijrah pula baik secara harfiah atau maknawi. Dalam arti bahwa hijrah bukan sekedar berpindah tempat dari satu tempat yg satu ke tempat yg lainnya (seperti misalnya pindahan rumah atau pindah tempat kerja seperti yg saya lakukan baru-baru ini) tetapi jg hijrah hati, pikiran dan perilaku kita. Dari hati yg penuh kebencian menjadi hati yg penuh kasih sayang, dari hati yg penuh dengan kemusyrikan menjadi hati yg penuh iman. Segala pikiran-pikiran kerdil, kekanak-kanakan dan suudzon berganti dengan pikiran yg jernih penuh dengan kedewasaan dan selalu berbaik sangka. Perilaku yg tercela yg selalu menyimpang menjadi perilaku yg berbudi pekerti luhur yg sesuai dengan syariat agama. Inilah hijrah yg sesungguhnya dalam makna hijrah itu sendiri yang intinya adalah hijrah dari keburukan ke arah kebaikan.

Tapi saya pribadi menyadari bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yg mudah di lakukan karena terkadang kehidupan keseharian dan lingkungan kita seringkali membuat kita khilaf atau lupa diri. Mungkin yg terpenting yg perlu kita awali adalah niat dan kesungguhan kita agar dapat beristiqomah melakukan hijrah dalam arti sesungguhnya.

Hingga akhirnya saya hanya mampu berucap meskipun momentum seperti ini dijadikan sebagai ajang untuk menyeru hijrah dalam arti sebenar-benarnya hijrah seperti yg tersebut diatas tapi semua akan kembali kepada individu masing-masing. Karena sebagian orang (ingat sebagian orang..!!! dan saya tidak mengeneralisir) akan mengangguk-angguk an kepala tersadarkan diri ketika dalam suatu peringatan atau pengajian dalam memperingati hijrah ini. Tapi terkadang setelah kaki melangkah keluar dari tempat peringatan atau pengajian tersebut, segala seruan kebaikan (dalam hal ini seruan hijrah) yg telah diserap jiwa seolah-olah menghilang dan terlupakan begitu sajah seperti air jernih(perumpaan untuk sebuah kebaikan) yg menguap dan menghilang. Dan tinggallah wadah yg kosong tempat smula air tertampung. Kosong tanpa air (jiwa tanpa pengetahuan). Dan tak jarang kembali lagi kepada perilakunya semula yg jahil. Lalu siapa yg salah..? tiada yg perlu dipersalahkan, karena sifat dari hati manusia yg selalu terbolak balik dan keimanan dari manusia yg selalu naik dan turun. Dan terdapat sebuah doa dimana kita harus memohon kepada Allah SWT, Dzat yg membolak-balikan hati agar menetapkan hati kita dalam iman kepada Nya. Semoga kita dapat memelihara dan menjaga hidayah yg telah Allah SWT curahkan kepada kita semua. Aminnnn.........



Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharam 1427 H
Smoga kebaikan yg senantiasa menyertai setiap langkah kehidupan kita smua. Aminnn...



-Acul-

Wednesday, February 01, 2006

Today is My ....Day (My Way)

Today is my day or exactly my last day where i'm working in my beloved company. This is already my decision to continue my life's journey into somewhere else. It may be right or wrong but I believe everyone has faith and own destiny. It’s only a matter of time and fortunately the time comes to me. I Just want to share some words in the end of my letters, maybe all of you want to read them for a while:


**********


Hidup selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan dan juga dua sisi yg selalu berlainan. Adakalanya kita selalu ragu untuk melangkah namun Tuhan telah mengkaruniakan kita sebuah hati agar dapat memandu jalan kita. Mungkin kita pernah mengalami salah jalan tetapi kalau kita mau menjujurkan hati dan coba untuk sadar diri bahwa itulah cara Tuhan membimbing, menuntun dan mengarahkan jalan kita untuk kembali pada arah yg seharusnya. Karena hidup adalah sebuah perjalanan maka siapkanlah ‘perbekalan’ nya. Dan yakinlahh, tiada ada yg pernah sia-sia dari segala ikhtiar(usaha/perbuatan) kita, terlepas apakah itu baik atau buruk yang kita lakukan pasti akan mendapatkan balasan yg sama dari Tuhan Semesta Alam, Dzat yg paling sejati. Semoga kebaikan yang terus bertambah dalam setiap langkah kehidupan kita. Aminnn……..


What goes around will come around...


Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yg beriman dan yang beramal kebaikan dan yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran (al-ashr)




Salam,

Syamsul

Email/YM id: sybahri79@yahoo.com

Acul’s webblog: http://mataharilaut.blogspot.com

Phone: .............

Refleksi Urang Awak

Teman saya yg bernama mbah sura memang kadang suka mempunyai pemikiran-pemikiran kritisi terhadap lingkungan sekitarnya yg kadang membuat saya mengangguk-angguk kepala tanda mengiyakan dan setuju terhadap pendapatnya. Meski kadang saya harus mengingatkan dirinya bahwa pemikiran kritisi tersebut harus disampaikan secara hati-hati dan jangan sampai menimbulkan pemikiran-pemikiran yg kontradiktif yg dapat merugikan diri sendiri.


Tapi kali ini teman saya mengkritisi sebuah sifat atau karakter atau mungkin perilaku kebiasaan atau bahkan ini sebuah budaya yg saya jg blum cukup mengetahui lebih jauh dari sebuah daerah tempat asal kelahirannya. Mungkin ini yg dinamakan refleksi diri bukan hanya untuk dirinya saja tp teman saya jg mungkin mengingatkan kepada saudara-saudaranya dari daerah yg sama tentang kondisi yg telah dan sedang terjadi. Oleh karenanya saya memuji tulisannya dan menawarkan untuk dimuat dalam blog saya ini dengan maksud membagi refleksi ini kepada rekan-rekan yg mungkin berasal dari daerah yg sama atau mungkin kasus ini jg terjadi dengan rekan-rekan dari daerah yg lainnya. Semoga semakin menambah pengetahuan kita smua.


Refleksi ini tidak ada sangkut pautnya dengan nama saya yg kedengarannya berasal dari daerah tempat teman saya atau mbah sura ini berasal. Karena sama sekali saya tidak ada darah atau keturunan dari daerah tersebut. Nama saya hanyalah sekedar nama tp tetap memiliki arti. Dan berikut ini refleksi dari teman saya yg bernama mbah sura dengan judul:

****************


"REFLEKSI URANG AWAK"


Lupakan dulu Cut Memey dengan Om Jackson, termasuk dengan segala cerita mistik bumbu perseteruan ini. Bosan juga terlalu sering mendengar dan melihat orang-orang beradu argumen untuk sebuah permasalahan yang sangat vulgar dan bernuansa purba. Cerita cinta Adjie Massaid dan Angelina Sondakh, walaupun beraura positif, tetap basi. Mungkin karena diekspose dengan frekuensi yang maha sering, ceritanya pun menjadi biasa saja sekelas gosip pembantu-pembantu yang lagi berkumpul-kumpul.


Ini adalah cerita tentang sebuah etnis yang suka sekali berkumpul, berkelompok dan berbicara. Kalau untuk bekerja, nanti dulu. Kalaupun ada, semangatnya sangat individu sekali. Kerja kolektif rasanya sulit diharapkan pada etnis ini. Padahal mereka banyak sekali punya pepatah tentang sebuah kerja kolektif, nan saciok lah, sadantiang lah, duduak sorang lah dan sebagainya. Oo, iya saya lupa mereka memang sangat ahli dalam bersilat lidah dan berkata. Banyak juga diantaranya yang telah naik level bukan lagi sekedar ahli dalam bertutur lisan, tapi sudah sangat mumpuni di area tutur tulisan.


Mungkin ini karena pengaruh tambo dan cerita leluhur, yang katanya keturunan langsung Alexander, The Great. Jadinya, mereka merasa superior di atas orang lain. Maunya selalu dijadikan pemimpin dan ketua. Kalau hanya jadi kecoro, mereka cenderung jadi malas, apatis bahkan skeptis. Enam belas tahun yang lalu, etnis ini berkumpul lagi, penuh pembicaraan-pembicaraan hebat dari para tokohnya dan akhirnya mereka memutuskan membentuk kelompok. Tidak tau karena ingin mencari muka Soeharto (yang lagi jaya-jayanya saat itu), atau karena memang konsep Pak Harto sangat pas. Mereka sepakat menamakan kelompoknya Gebu Minang dari kata gerakan seribu minang. Cukup indah awalnya, semua sangat optimis waktu itu. Muka mereka pun sumringah. Semua tersenyum lebar atau mungkin cenderung menganga. Batang tarandam untuk ke sekian kalinya akan dibangkitkan lagi.


Namun sayang, mereka memang semangat hanya sampai membentuk kelompok. Aksi nyata mereka tak lagi seindah saat-saat diskusi. Semua kembali sibuk ke aktifitas individu, karena ini jauh lebih penting dari sekedar kerja bakti buat GM. "Lagian kalau saya bekerja, saya dapat capenya orang lain dapat nama", ini sudah menjadi celoteh umum sebagian besar pengurusnya. Ini adalah sebuah kelaziman buat orang minangkabau, semua ingin menjadi ketua. Semua ingin bergelar hebat dan perkasa, karena konon kita semua adalah keturunan raja.


Hari terus berjalan. Peta berubah, etnis ini makin terpuruk. Bukan karena mereka mundur atau turun pamor. Sekali lagi bukan! Kali ini hanya karena suku lain makin banyak orang pintarnya. Orang berlari, dan kita tetap berjalan. Semua seperti tersentak dan pura-pura kaget. Mulailah diskusi saling menyalahkan. Seluruh teori dibahas. Mulai dari akibat PRRI yang menyebabkan orang minang tidak lagi PD (percaya diri-red) atau lebih ekstrim lagi ini adalah balas dendam ke orang minang karena hegemoni mereka terhadap suku lain di awal-awal kemerdekaan dulu. Lalu, beberapa orang yang masih peduli kampung kembali tersentak. Mulailah canang (talempong-red) dipukul, tabuah dibunyikan untuk memanggil segenap potensi ranah. Seluruh potensi yang layak dipanggil, diundang dan diajak berdiskusi. Kemudian seperti biasa, kembali kelompok dibentuk dengan segenap kecanggihan program-program kerja. Satu pertanyaan, apakah siklus ini hanya berhenti sampai pada kelompok yang dibentuk? Ataukah mungkin bisa bergerak ke arah kerja kolektif nan kompak demi kemajuan ranah. Semua kembali ke kita semua. Orang Minangkabau...




Mbah Sura,

A Man from Minangkabau



Monday, January 30, 2006

Waktu Yang Cepat Berlalu

Seorang kawan mengirim sbuah imel kepada saya. Rasanya sudah cukup lama jg imel ini saya terima. Isinya hanyalah sebuah tulisan dari pemikiran yg memang ingin dituangkan dalam bentuk kata-kata. Saya sempat berkata bahwa tulisan ini agak ngawur kemana-mana alias tidak fokus seperti yg memang di tulis dalam imel tersebut. Teman saya meminta agar tulisannya tersebut ditampilkan dalam blog ini. Namun saya sempat berkata, sepertinya tulisan ini masih perlu di edit kembali di bagian tertentu. Seperti mungkin hanya ditampilkan bagian yg menarik sajah dan selebihnya dibuang. Namun teman saya menolak jika hanya ditampilkan secara partial dan lebih memilih tidak usah di muat dalam blog ini.

Mungkin beberapa teman-teman dari teman saya itu yg juga merupakan teman-teman saya jg telah diberitahukan olehnya bahwa tulisannya akan dimuat dalam blog saya ini. Hingga akhirnya, beberapa teman-teman yg mendapat kabar tersebut melakukan konfirmasi dan merasa penasaran dengan apa yg sebenarnya ditulis oleh teman saya tersebut. Dan akhirnya saya berpikir, knp tidak saya tampilkan saja tulisan teman saya tersebut. Tohh, ini hanya sebuah pemikiran yg saya tidak perlu menjustifikasi layak atw tidaknya. Karena ini hanya sebuah pemikiran dan mgkn jg sekaligus wacana. Kl ada yg bisa diambil mamfaatnya dari tulisan ini, silahkan saja. Jika tidak, janganlah mengeluarkan kata-kata yg tidak bermamfaat tp buatlah tulisan yg bermamfaat. Tulisan ini saya muat jg untuk menghilangkan rasa penasaran dari teman-teman yg sudah bertanya kepada saya. Dibawah ini tulisan dari seorang teman yg mengaku sebagai Mbah Sura. Selamat membaca....!!!

********************

Waktu Yang Cepat Berlalu

Seperti hari-hari kemarin, rutinitas kembali dimulai. Semua begitu cepat berlalu. Hari, bulan dan tahun mengalir deras mengikut alur deret yang sangat terarur. Kata kawan yang sering memegang tasbih, katanya ini adalah tanda-tanda dunia sudah di akhir zaman. Seratus persen saya setuju. Peradaban manusia di bumi ini memang sudah mendekati akhir zaman. Sedangkan pendapat lain disampaikan kawan berkacamata dan sering mengerinyitkan dahi dengan bacaan anehnya. Katanya semua di jagad raya ini tak ada akhir. Mulailah dia berteori dengan istilah yang jarang didengar, entropi lah, big bang lah, atau tentang teori waktu yang katanya paralel. Bukan sebuah seri dalam persepsi kuno yang hampir seluruh umat manusia percayai selama ini. Katanya saya konservatif kalau masih menganggap waktu adalah sebuah deret serial. Katanya saya terlalu memakai kaca mata kuda dalam berlogika dan mengembangkan pengetahuan. Hanya tertawa yang bisa saya lakukan, karena mendebat juga tak terlalu berguna. Beda aliran!! Bersyukur dia hanya bilang saya terlalu Newtonian. Coba kalau dia bilang saya bebal, kuno dan ketinggalan zaman. Bisa-bisa saya tersinggung dan tak bertegur sapa sekian lama, sampai pada suatu saat dimana kita sudah lupa kalau pernah saling tersinggung.


Kembali soal deret waktu, rasanya memang baru kemaren saya lulus SMA. SMA? Ya, saya adalah generasi terakhir era SMA. Setelah itu namanya jadi SMU dan penjurusannya juga sudah berbeda. Denger-denger, sekarang namanya balik lagi ke SMA. Tapi, biarlah itu menjadi urusan pemerintah kita. Lagian apa artinya sebuah nama. Seperti kata kawan saya yang lain, yang penting isinya. Saya kembali ngelantur, harusnya membahas deret waktu yang semakin cepat. Teman-teman, tolong saya diiingatkan untuk tetap fokus dalam cerita deret waktu.


Mungkin di paragraf ini cerita tentang waktu bisa kita mulai. Kemaren saya bertemu teman lama. Seorang yang karena pekerjaan orang tuanya, harus berpindah-pindah sekolah. Kembali kita bercerita tentang serunya masa-masa bersama dulu.
Saya kaget dia masih ingat saya. Saya yakin teman waktu sekolahnya pasti banyak. Lha, dia dari SD sampai SMA terima raport dari 7 sekolah. Sedangkan saya hanya 3 kali. Secara matematis dengan asumsi kemampuan bergaul kita sama, tentu temannya 3 kali lipat dibanding saya. Tapi kembali saya bersyukur, dia masih inget. Pasti saya punya sesuatu yang membuat dia tetap ingat. Maaf teman-teman, saya terlalu GR atau pede, tapi itulah kelebihan saya dibanding sesama cowo-cowo berwajah pas-pasan lainnya. Percaya diri saya di atas rata-rata mereka. Tapi gak apa lah, narsis dikit masih diizinkan kok di negeri ini. Yang udah gak boleh, ngerokok di tempat umum. Gubernur DKI sudah mengeluarkan edaran tentang itu. Maaf, saya ngelantur lagi. Kita kembali ke topik teman lama tadi. Teman-teman, temen lama saya ini perempuan dan cantik. Saya tanya, suami kamu mana? Saya bertanya langsung seperti itu, karena saya berasumsi dia juga sudah menikah seperti saya. Ternyata dia belum menikah, saya pun minta maaf atas pertanyaan sok tau tadi. Elegan dia menjawab, “Gak apa-apa, nyantai aja lagi!! Itu udah jadi resolusi gw di 2006 ini”. Teman saya ini punya resolusi tahun 2006, katanya mo nikah. Tapi gak harus jadi katanya, resolusi hanyalah pemicu biar tak ada guideline dalam urusan jodoh. Kembali saya (si sok tau ini)mengangguk-angguk. Tak berusaha mendebat apalagi ngeledek atau mematahkan omongannya.


Lalu kita pun bercerita membahas masa lalu, yang kata teman saya paralel itu. Semua kita bahas. Kaleidoskop singkat 10 tahun terakhir kehidupan kita berada di foodcourt sebuah mall. Pernah di beberapa tempat kita nyaris pernah bertemu. Mulai ketika zaman reformasi berdemo di gedung MPR di hari Pak Harto lengser. Saya bilang saya ada disitu, naek bis dari Bogor buat nyari makanan ama rokok gratis. Lalu ada pameran Technogermo, eh Technogerma di JCC dulu. Saya bilang, saya kesana hari kedua diajak pacar saya waktu itu. Alasan utama saya kesana adalah karena takut dibilang gak intelek ama pacar saya. Padahal males. cape desak-desakan. Mending ngobrol di kosan yang lagi sepi karena yang lain pada ke JCC. Atau kalo emang niat jalan-jalan juga, kan bisa ke tempat laen yang lebih romantis. Paling enggak, bisa ke Dufan atau kalo gak mau jauh-jauh, ada tuh kebun raya.


Momen ketiga kita nyaris ketemu, adalah ketika test departemen keuangan di Gelora Bung Karno Senayan. Dengan bangga, saya bilang saya lulus beberapa test. Walaupun akhirnya gak diterima juga. Kembali sisi sombong diri ini berkata, saya sudah masuk 1300 dari ratusan ribu yang ikutan test. Kali ini dia yang mengangguk-angguk mendengarkan cerita saya. Dia hanya bilang, “loe belum milik aja”. Sayang sudah malam, saya dan dia harus pulang. Sebelum pulang, kita pun bertukar kartu nama. Saya baca kartu namanya, Ind.. Ra…., SE, MPA. Kasub ….. Kantor Pelayanan Pajak Bekasi, Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan RI....


Mbah Sura,

Sedang Mencoba Ngelantur

Facing Common Enemy

At work, it’s almost impossible to get along with everyone. Some colleagues will rub you the wrong way—maybe they talk too much in meetings,...