Hari kemarin itu rencananya gw mau masuk kantor tapi cuaca diluar sana sedang tidak bersahabat alias turun hujan. Cuaca sepertinya masih blum menentu sejak pergantian tahun lalu dimana seharusnya saat ini sudah masuk dalam musim kemarau namun ternyata cuaca mendung dan hujan masih sering bergelayut di kota gw tercinta ini.
Sambil menunggu hujan reda, gw cb merapihkan barang-barang yang ada dalam lemari gw. Dan tanpa disengaja ternyata gw menemukan kembali sesuatu kenangan yang dulu pernah gw punya. Ingatan gw pun langsung melayang-layang ke masa lalu sekitar 7 tahun yang lalu, tepatnya saat-saat wisuda sarjana gw.
Didalam laci lemari yg sedang gw rapihkan, gw menemukan kembali sebuah surat, kartu ucapan dan hadiah dari seseorang yg pernah melekat dihati gw namun akhirnya berakhir dengan keputusan bersama tanpa ada konflik yang biasanya terjadi ketika sepasang kekasih mengakhiri hubungan kasihnya. Gw pun termenung membaca kembali surat yg pernah dituliskan olehnya. Inilah apa yang pernah ia tulis dalam suratnya.
Jakarta, 27 Feb ’02
Assalamualaikum wr.wb.
Sudah lama nih enggak kirim surat jadi agak jelek deh...
Apa kabarnya Bahri? Pasti baik2 azah kan dan mungkin ini hari yang terindah dalam hidup Bahri. Desy hanya mau ngucapin ”Selamat atas kelulusan Bahri”
Dan Desy enggak bisa ngungkapin kebahagian Desy ke kamu, hanya kata Alhamdulillah.
Maaf ya Desy enggak bisa datang langsung, mungkin hadiah ini menjadi wakil dari Desy untuk menuangkan perasaan Desy bahwa Desy turut bahagia atas kelulusan kamu.
Mudah2an berguna untuk tandatangan kontrak kerja pertama (tapi enggak termasuk isi ulang yahh.. he...he...)
Dan ketika kamu pulang kembali dan membawa hasil yang pantas untuk dibanggakan kepada orangtua, saudara2 dan teman2 yang terkasih, Desy kembali ucapkan Selamat.
Dan ini mungkin baru awal dari keberhasilan kamu yang hanya sedikit dan masih banyak lagi yang harus kamu hadapi dan raih....
Wassalam
Sahabatmu yang kau sayang karena Allah...
Ya Allah, rasanya gw kembali terbawa suasana saat dulu gw pernah bersama-sama dengannya. Saat pergi bersama ke kota Bogor dengan kereta api ekonomi maupun ekspress, saat berlebaran ke rumah ibu kost, saat ia sedang dalam tugas di kota Bogor dan kita pun janji bertemu dan kenangan2 lainnya. Entah bagaimana kabarnya ia kini karena gw pun sudah lost contact sejak kantor gw berpindah dari Pasar Baru ke daerah Rasuna Said Kuningan. Terakhir yang gw tahu ia sudah memiliki seorang anak dan bercerita ke gw mengenai kluarganya. Sejak itu, gw pun gak pernah mendapatkan kabarnya lagi.
Dan ada satu lagi kartu ucapan dengan love emboss didepannya bertuliskan congratulation yang ia kirimkan ke gw. Didalamnya ia menulis:
”Cita-cita yang tinggi tidak menjamin seseorang meraih kesuksesan
Tetapi seseorang yang sukses pasti memiliki cita2 yang tinggi”
Dan itu semakin membuat gw rasa ingin kembali memutar waktu untuk berucap terimakasih atas support yang ia selalu berikan pada gw. Tanpa gw sadari, memang ia salah seorang dalam hidup gw yang selalu mensupport dan mendukung gw untuk meraih cita-cita gw yang salah satunya adalah meraih gelar kesarjanaan ini.
Dan semuanya terakhir terjadi 7 tahun yang lalu saat-saat wisuda sarjana gw. Dan kini gw terus memandangi sebuah benda yang pernah ia berikan ke gw.
Yaa Allah, semoga Engkau melimpahkan segenap kasih sayang Mu kepadanya sebagaimana ia pernah memberikan kasih sayangnya kepada ku. Amiinn....
Adalah sunnatullah bahwa bumi berputar dan karenanya kehidupan ikut mengalami perubahan karena perputaran itu. Awal adalah sebuah akhir dan akhir adalah sebuah awalan. Hari ini bertemu, berinteraksi, belajar bersama, senang dan susah bersama, esok bisa menjadi sebuah cerita yang berbeda. Hari ini kita bergembira, esok tiada bisa kita duga apakah tetap kegembiraan itu masih bisa bersama kita. Keyakinanku hidup akan tetap dalam keseimbangan dan sunnatullah. Awal bisa menjadi sebuah akhir dan akhir bisa menjadi sebuah awalan.
Membingungkan memang jika bekerja disuatu perusahaan yang aturannya tidak begitu jelas, kita menjadi sulit membedakan apa itu kewajiban, dedikasi ataukah ini suatu kebodohan. Ada teman mengatakan ketika gw bekerja overtime apalagi pada saat weekend, apakah itu karena dedikasi ataukah kebodohan...? mendengar pernyataan dedikasi atau kebodohan membuat gw merenung, mungkin antara dedikasi dan kebodohan memang sangat tipis perbedaannya. Padahal bisa jadi bekerja overtime karena memang kita dituntut untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu tapi disisi lain bisa jadi suatu kebodohan karena mungkin kita gak bisa ngatur waktu alias membuat time management.
Time management, semua orang mungkin pernah mendengar dan barangkali sudah mengimplementasikan apa itu time management. Gw pun sudah mendapatkan training untuk itu, mulai dari bagaimana mengindentifikasi dan menghindari time stoler aka pencuri waktu sampai membuat priority dalam pekerjaan. Tapi melihat activity atau list things to do yang harus gw kerjakan, rasanya waktu 24 jam terasa menjadi kurang. Karena baru saja gw merasa duduk dibangku kerja tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Kemudian gw melanjutkan pekerjaan lagi dan tak terasa waktu sudah menunjukan jam 11 malam. Rasanya tak mungkin lagi gw melanjutkan pekerjaan karena tubuh gw butuh istirahat coz besok gw harus bangun pagi lagi dan siklus kerja pun terulang kembali.
Siklus kerja seperti ini memang kadangmenjadi suatu hal yang biasa dalam dunia kerja yang gw geluti saat ini. Bahkan bisa membuat orang merubah ritme kehidupannya. Pulang malam menjadi suatu kebiasaan dan datang telat ke kantor menjadi hal yg biasa. Maklum tempat gw bekerja memang gak ada sistem absensi alias silahkan masuk jam berapa saja asal pekerjaan selesai.
Dari sinilah terkadang kehidupan seseorang sebagai makhluk sosial dalam lingkungan rumah menjadi hilang khususnya pada hari-hari kerja senin hingga jumat. Dan juga khususnya waktu untuk kluarga yg menjadi berkurang ataupun hilang sama sekali. Bagaimana tidak, setelah bangun pagi tak lama kemudian langsung bersiap berangkat kerja dan pulang kerja larut malam dimana orang hampir smua sudah tertidur dan mungkin yg ditemui hanyalah petugas siskamling dan atau pembantu dirumah yg setia menunggu majikannya.
Siklus kerja sperti ini hampir sering terjadi dihari kerja senin-jumat. Waktu untuk keluarga pun menjadi kurang sama sekali dihari-hari itu. Bagi sebagian teman-teman kerja yg sudah berkeluarga dan memiliki anak balita atau lebih terkadang menjadi sebuah kekhawatiran sendiri. Karena ada pengalaman seorang teman yg memiliki anak ia dipanggil Mba oleh anaknya. Teman gw ini pun terperanjat mendengar anaknya memanggilnya dengan sebutan Mba. Maka ia pun segera merubah ritme kerjanya. Sebisa mungkin ia pulang kerja cepat dalam artian tenggo atau tak terlalu larut malam lagi agar memiliki waktu dirumah bersama anaknya dan dapat bercengkrema dengan sang buah hati di rumah.
Dari kondisi diatas, sabtu minggu atau yang kita sebut weekend menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi sebagian orang, khususnya bagi yang sudah berkluarga dan mempunyai anak. Dan pun begitu bagi orang-oarng yg blum berkluarga khussnya buat yg sudah memiliki pasangan, weekend menjadi waktu yg sangat penting untuk lebih mengeratkan lagi hubungan yg sudah terjalin dengan pertemuan ataupun jalan-jalan. Pun berlaku untuk yg blum memiliki pasangan, kadang weekend di mamfaatkan untuk dapat menyalurkan hobi ataupun menghabiskan waktu bersama kluarga. Maklum setelah waktu menjadi langka di hari-hari kerja, maka inilah kesempatan yang tersedia.
Lalu bagaimana jika ternyata dihari yang special untuk kluarga yaitu hari weekend kita harus melakukan suatu pekerjaan? Apalagi pekerjaan itu sebenar sesuatu yang tidak wajib kita lakukan. Dan pekerjaan seperti itu sebenarnya dari pimpinan yang tinggi pun jika dilakukan di hari sabtu minggu tidak seharusnya dilakukan? Inilah yang menjadi pertanyaan dalam hati gw, apakah ini pekerjaan sebagai suatu mandatory, dedikasi atau kebodohan? Karena stelah kita mungkin merasa dirampas waktu kita di hari kerja, apakah kita rela dirampas jg waktu kita di hari weekend? Ada seorang teman yang katanya karena alasan waktu terasa langka baik untuk kluarga ataupun untuk ibadah akhirnya memutuskan untuk mengundurukan diri atau resign dari kantor tempat gw bekerja. Oleh karena itu kadang aturan-aturan yang memang tidak secara formal dituangkan dalam bentuk tertulis menjadi hal yg rancu.
Pastinya memang harus dibedakan antara pekerjaan yg menjadi kewajiban kita yg harus dipenuhi karena tuntutan deadline dengan pekerjaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan urusan deadline. Jika memang kita dituntut menyelesaikan pekerjaan karena deadline maka mau tak mau jika memang akhirnya kita harus bekerja di hari weekend maka kita pun tak bisa menghindarinya. Tapi jika pekerjaan itu sama sekali bukan karena deadline dan dalam skala prioritas adalah minor dan jg bukan kapasitas kita, haruskah kita mengorbankan waktu kita di hari sabtu dan minggu...? apalagi jika menjadi hal yang dilematis jika dsaat bersamaan kita memang mempunyai urusan keluarga yang sangat penting jg. Maka kita dihadapkan pada suatu pilihan yaiu kepentingan kluarga atau pekerjaan? Maka jika itu yang di alami, pekerjaan sperti ini menjadi dipertanyakan dalam hati gw, is it mandatory or for dedication or stupidity..? karena gw gak mo mengorbankan waktu gw untuk sesuatu yang menurut gw minor dalam pekerjaan gw or it’s not my expertise to do the task apalagi harus berbenturan dengan urusan kluarga.Mandatory, dedication, stupidity menjadi sesuatu yg tipis perbedaannya disini.
Setiap orang pasti punya kepentingan sendiri-sendiri dan pasti inginnya kepentingan itu bisa terakomodasi. Tapi ketika kepentingan-kepentingan setiap orang dipertemukan diwaktu yang sama maka biasanya suka terjadi benturan yang memang tak terhindarkan karena adanya perbedaan kepentingan. Inginnya semua kepentingan itu terakomodasi tapi ada kalanya tidak semua bisa terakomodasi.
Secara semua kepentingan inginnya di akomodasi maka dicari cara untuk bisa mengakomodasi setiap kepentingan tersebut. Ada yang membuat prioritas dan time schedule dan ada jg yg mencari jalan tengah saja demi dua atau lebih kepentingan bisa diakomodasi jika memang waktu dirasa sangat berharga dan tak ingin kpentingannya di ulur-ulur lebih lama lagi.
Solusi jalan tengah memang tidak mengakomodasi suatu kepentingan secara menyeluruh. Tapi untuk mengakomodasi dua kepentingan secara bersamaan maka jalan tengah dirasa cukup sebagai solusinya. Semua pihak yang memiliki kepentingan setidaknya tidak diabaikan dan dapat ditampung dan ditangani secara adil. Win win solution, begitu kata orang yang ngerti dengan kalimat itu. :D
Dan disamping jalan tengah yang diambil sebagai solusi maka yang diharapkan selanjutnya adalah semua pihak dapat menerima secara legowo jika ada sesuatu hal yang sekiranya tidak dapat terakomodasi. Dan memang begitulah seharusnya. Tidak perlu ada yg merasa dirugikan dan tidak ada yg merasa diuntungkan. Semua berdasarkan prinsip keadilan dan kesepakatan bersama. Semua happy dan happy semua. Dan saya yakin semua pernah merasakan kondisi seperti ini, termasuk saya.
Alhamdulillah, 30 hari sudah kita selaku orang yang beriman melaksanakan kewajiban puasa dibulan ramadhan serta kewajiban menunaikan zakat fitrah didalamnya. Dan setelahnya kita merayakan hari kemenangan di hari nan fitri yang diawali dengan shalat ied dan sesudahnya menyambung kembali tali silaturrahmi serta saling maaf-bermaafan kepada orangtua, sanak saudara, para tetangga dan para kerabat atau teman-teman lainnya. Dengan doa semoga kita kembali kepada jiwa kita yang fitrah dan terbebas dari dosa-dosa. Sperti kata seorang bapak, ”Dari nol lagi yah....” (halah iklan banget sehh..:D ). Dan pada kesempatan ini juga saya ingin mengucapkan kepada seluruh teman-teman Blog saya dan para pembaca atau pengunjung blog mataharilaut,
TAQABALALLAHU MINNA WA MINKUM
SHIYAMANA WA SHIYAMAKUM
MINAL AIDIN WAL FAIZIN
KULLU AAMIN WA ANTUM BIKHOIR
SELAMAT HARI RAYA IEDUL FITRI 1429H
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
”Dimulai dari nol lagi yah...”
Dan sekaligus saya mengucapkan, Selamat kembali bekerja karena hari ini kita mulai kembali bekerja. Semangattttttt.......!!! :)
Berawal dari nongkrong, main gitar dan nyanyi bareng trus muncul ide-ide yang kadang emang gak pernah terpikirkan sebelumnya. Dan yang diluar dugaan ini tuh kerjaan para temen-temen OB dan satpam di kantor gw. Yup mereka iseng buat klip dengan modal camera digital biasa dan kemudian dijadikan sebagai klip lagunya Afgan. Lokasinya pun cuma disekitar lobi kantor dan ada cuplikan sedikit di foodcourt di lt.9. Klip ini sebelumnya dah pernah diperlihatkan sm gw dan temen-temen dan yang akhirnya gw gak sangka mereka upload jg ke situs youtube. Welehh-welehh.. biar tambah tenar niy. hihihi....... :D
Bukan bermaksud menyepelekan kemampuan para OB dan satpam disini mengenai teknologi komputer tapi memang dengan semakin berkembangnya jaman dan teknologi yang semakin canggih, sebetulnya kebutuhan untuk mengenal teknologi ini menjadi teramat penting bagi semua orang. Memang kebetulan dimeja reseptionist kantor gw ini tersedia dua unit komputer yang para OB dan satpam bisa pake jika sudah habis jam kerja/ after office hour (tentunya jika para front officenya dah pada pulang) dan juga pada saat wiken. So, dengan kesempatan yang ada maka menjadi pluang bagi para OB dan satpam untuk lebih mengenal lagi teknologi ini. Dan akhirnya muncullah kreativitas ini yang menurut gw patut di apresiasi. Good...good.... two thumbs up
Ya meskipun kl diperhatikan dalam klip, para OB ini tuh gak lagi nyanyiin lagu afgan tp lagu yang lain. Hihihi... :D nah inilah video klipnya dengan background Lobi kantor dan sedikit di foodcourt.
Kalau anda adalah para penonton televisi maka perhatikanlah tayangan iklan yang ada saat menjelang bulan ramadhan dan saat bulan ramadhan. Pasti kita akan menemukan iklan-iklan yang jarang tayang tiba-tiba banyak tayang atau yang udah sering tayang semakin sering muncul dan ada dimana-mana. Contohnya adalah iklan obat sakit maag, syrup, biskuit, mie instant, sarung, dan pastinya iklan telekomunikasi yang saat ini ramai berperang tariff.
Yup, bulan ramadhan kerap dijadikan moment untuk beriklan oleh para advertiser atau pengiklan, apalagi saat menjelang berbuka dan saat waktu sahur. Saat menjelang berbuka disediakan waktu untuk iklan sebagai pengantar menuju adzan maghrib. Padahal sebelum bulan ramadhan terkadang adzan maghrib ditayangkan tanpa ada iklan sebelumnya. Maksudnya adzan maghrib bisa-bisa tiba berkumandang jika sudah waktunya meski saat itu program masih berjalan dan tanpa ada iklan. Tapi pada saat bulan ramadhan, sebelum adzan maghrib para pemilik TV station memberikan waktu untuk beriklan yang durasinya bervariasi, mulai 10 menit s/d 5 menit waktu untuk iklan menuju adzan maghrib. Mungkin secara indonesia memang mayoritas adalah beragama Islam maka ketika bulan ramadhan tiba banyak mata tertuju ke televisi untuk menantikan adzan maghrib. Bahkan kl bole dibilang adzan maghrib menjadi acara primadona dibandingkan dengan acara-acara lainnya. Kalau saja adzan magrib diberikan nama sebagai suatu program, saya yakin adzan maghrib akan menjadi program dengan rating paling tinggi selama bulan ramadhan.
Pun begitu dengan waktu sahur, selain bulan ramadhan, kebanyakan atau hampir semua produsen atau advertiser enggan untuk beriklan diwaktu ini. Karena selepas jam 12 malam s/d jam 6 pagi adalah waktu yg kurang efektif untuk beriklan khususnya untuk para produsen mass product yang menginginkan iklannya dilihat banyak orang. Karena waktu yang paling menjadi favorit untuk beriklan adalah jam 6 sore s/d jam 10 malam. Tapi tak berlaku jika bulan ramadhan datang, para produsen atau advertiser malah berlomba-lomba untuk beriklan diwaktu sahur dan bahkan menjadi sebuah sponsor di program sahur. Dan ini pun menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi para pemilik TV station. Lagi-lagi inilah keberkahan sebuah bulan yang bernama bulan ramadhan.
Tapi ada satu yang menjadi perhatian saya yang berhubungan dengan marketing TV station dengan para advertiser berkenaan dengan program-program dibulan ramadhan khususnya program diluar blocking time ataupun infotainment. Saya sebut saja sebuah contoh program ramadhan tersebut adalah sinetron dan komedi. Rasanya, para advertiser semakin tidak smooth dan terkesan memaksakan agar product mereka terekspose kepada target audiencenya. Normalnya mungkin para advertiser beriklan dengan cara yang jamak dilakukan seperti (materi TVC, running text, super impose, squeze frame). Untuk hal-hal ini sudah biasa saya maklum. Tapi ketika advertiser berusaha mencari inovasi lain dalam beriklan dalam sebuah program tapi terkesan memaksakan rasanya saya sebagai pemirsa tidak rela program tersebut diperlakukan seperti itu. Secara saya juga insan periklanan, saya dapat dengan mudah melihat jika cara-cara yang dilakukan dalam program semisal dialog atau background/setting lokasi syuting ataupun shoot yg memperlihatkan sebuah product adalah sebuah iklan yang sedang dibangun oleh seorang advertiser yang kadang pengemasannya kurang baik menurut saya. Inilah yang saya bilang terkesan memaksakan. Saya merasa menjadi kurang suka menonton program yang sudah ditreatment atau built in sepert ini.
Jika anda suka menonton program sahur Para Pencari Tuhan atau re-runnya sehabis maghrib, coba anda ingat dan perhatikan, disana kl anda sadar ada iklan sebuah obat masuk angin yang bridgingnya adalah sebuah dialog dimana pemeran sedang merasa tidak enak badan atau masuk angin yang kemudian temannya membawakan obat masuk angin tersebut. Selain itu product lainnya dalam program yang sama adalah sebuah product oli pelumas yang saya yakin kita smua pasti aware dengan brand tersebut. Artinya kini para advertiser berusaha mencari celah bagaimana iklannya bisa terekspose. Tapi sayangnya menurut saya itu malah bisa merusak selera menonton para pemirsanya khususnya saya. Jika hanya sekali mungkin masih bisa saya maklumi tapi sayangnya ini terjadi berkali-kali. Saya sadar, pendapat saya tidaklah penting tp yang terpenting adalah bagaimana angka berbicara mengenai banyaknya orang yg menonton program ini. Sehingga tak jadi soal bagaiman iklan itu disisipkan asalkan masih banyak orang yg suka dengan program ini. Setelah saya melihat ini, jujur saya menjadi malas menonton program ini meskipun saya sadar pastinya banyak pesan moral yang bisa diambil dari program ini.
Sebuah tv station lainnya jg ada yg melakukan hal yang sama yaitu komedi pada saat jam primetime. Disini sering sekali product atau promo sebuah product telekomunikasi di shoot secara sengaja bahkan menjadi background yang memang saya yakin ini adalah sbuah program yg sudah disponsorinya. Melihat hal ini saya malah menjadi lebih senang dengan konsep program kuis yang memang settingan syutingnya atau backgroundnya dibuat untuk keperluan advertiser (branding). Mending sperti ini menurut saya ketimbang masuk dalam program yang jadinya bisa merusak selera menonton penontonnya(saya). Entah dengan para penonton lainnya apakah merasakan hal seperti ini atau tidak.
Dari hal diatas saya jadi teringat ketika saya melihat atau menonton sebuah program bagus dan ada ide untuk bisa mensponsori program tersebut atau built in program. Tapi apa respon dari sang pemilik program? mereka tidak bersedia melakukan built in kedalam program tersebut karena akan merusak program itu atau membuat penonton tak lagi suka dengan program ini. Saya sebenarnya sadar bahwa saya juga merasa sayang kl program ini harus tercemar dengan iklan yang akan disisipkan didalam. Dari sini saya menjadi belajar bahwa memang dalam dunia pertelevisian ada program yang memang dijaga kredibilitasnya dan hanya bisa dimasuki iklan-iklan biasa saja tanpa built in, dan ada juga program yang memang diperuntukan untuk dapat dilakukan apa saja demi keperluan iklan. Mau disponsorin hayuk, mo dibikin built in boleh, mo diapain saja asal sesuai dengan konsep programnya pasti dilakukan. Bahkan bisa dikatakan program ini lacur sama iklan, mo diperkosa kyk gimana jg sok ajah, mo gaya apa juga, yang penting ada uang abang sayang. Begitulah yang terjadi.
Dari apa yg saya tulis diatas, sebenarnya bereksplorasi, berkreasi dan mencari inovasi untuk membuat suatu iklan/promosi yang kreatif adalah sah-sah saja. Tapi yang terpenting dari hal itu adalah menjaga nilai-nilai estetikanya agar iklan/promosi kreatif tersebut tidak malah membunuh/merusak program dengan akhirnya ditinggalkan oleh penontonnya tapi sebaliknya mengemas program menjadi lebih indah dan menarik untuk ditonton. Inilah tantangan para advertiser khususnya para creative atau media agencynya untuk berpikir mencari ide-ide yang brillian atau cemerlang. Semoga saja hal-hal ini kedepannya dapat lebih diperhatikan lagi. Semoga. :)