Sunday, August 07, 2005

Sebuah Cerita: *Awal Mula Seorang Sepupu*

Cerita Sebelumnya: *Neneng Sureneng*


*AWAL MULA SEORANG SEPUPU *
Hari yang dinanti pun tiba, hari dimana Bang Jul telah berjanji akan bertandang main kerumah Neneng Sureneng.
Bang Jul keluar rumah untuk menghirup udara pagi. Sang Mentari pun menyambut pagi yang cerah serta menjanjikan kehangatan sinarnya kepada seluruh isi alam. Awan-awan putih bersih yang nampak selembut sutra sedikit meramaikan langit nan biru. Suara kicauan burung pun saling bersahutan mengawali sebuah kegiatan dipagi hari. Semua terasa indah laksana dzikir alam yang menggema, sebuah pagi yang sempurna, demikian pikir Bang Jul. Kemudian terdengar lantunan lagu Nasyid Raihan yang bertemakan rasa terimakasih kepada sang Pencipta. Tapi sayangnya dari sumber suara yang tidak diharapkan, yaitu mulut Bang Jul.
Lets say thank you Allah
For blessings with good life in this world

And Insya Allah in the here after

The sky is clear, the air is clean

The land is green, thank you Allah
The path we walk, the line we talk
The things we see, thank you Allah

Say thank you Allah, thank you Allah

When I sleep, when I eat,
When I breath, thank you Allah
In the night or in the day
Every morning after pray

I’ll never forget to say thank you

There’s some times when I’m alone

Feelin’ sorrow or not so strong

I’ll pray to you and say thank you

Thank you Allah
So friends everytime remember
Allah the most merciful

Say thank you Allah

Say thank you Allah

Thank you Allah
Salah seorang tetangga Bang Jul sebenarnya sudah komplain kepada Bang Jul juga kepada orangtua nya Bang Jul agar tidak mengeluarkan suara-suara sumbangnya dipagi hari. Yang mengkhawatirkan adalah bisa-bisa bikin burung-burung peliharaan tetangga mati mendadak. Bahkan mreka bersedia membayar asal Bang Jul tidak berdendang atau bernyanyi-nyanyi kecil. Tapi Bang Jul tidak bersedia bahkan bersikap cuek bebeks dan dia bahkan pernah berkata kepada tetangganya.
“Hey Mas...., lha wong mulut, mulut saya, halaman rumah, rumah saya, situnya ajah yang punya kuping kelebaran kayak kuping gajah tuhh...” Bang Jul berkata ngeyel sambil nunjuk ke kuping tetangganya yang kalo di perhatikan emang agak lebar dari kebanyakan orang biasa.
“Atau coba kuping situ di steam ulang yahh.....!!, barangkali kupingnya situ yang fals dan sumbang bukan mulut saya Mas....”
“Inget di steam ulang dengan nada dasar C=do yahh..!!” Bang Jul kembali menegaskan.
“Ahh susah deh ngomong sama Bang Jul, mending saya ke laut ajah dehhh nyari pawang hujan”
“Loh kok ngomongnya gak nyambung siy Mas..? apa hubungannya kelaut, pawang hujan sama suara saya..?” Bang Jul bertanya penasaran.
“Hubungannya...., yah kalau ngomong sama Bang Jul tuhh gak nyambung juga ujung-ujungnya. Ntar ngomongnya kemana-mana. Kayak ntar nanya, kenal sama Veri dan Tia AFI kan..?, trus Joy sama Delon Indonesian Idol..?, trus Siti KDI..? mereka semua sukses gara-gara nyanyi. Trus akhirnya Bang Jul malah ngomongin sinetron-sinetron mereka. Kan itu dah kabur dari konteks saya minta Bang Jul untuk gak bernyanyi...” papar tetangganya.
“Uhh.. dasarrr..., gih Mas mending mandiin burungnya ajahh. kalau perlu skalian Mas mandi bareng dehh.. barangkali ‘burung’ Mas sendiri juga blum dimandiin tuhh..” Bang Jul merasa mati gaya setelah mendengar penjelasan tetangganya.
Akhirnya berakhirlah percakapan akrab antara dua manusia yang berbeda kepentingan itu. Yang satu mencoba mengasah kemampuannya berolah vokal yang kalau di dengar sebenarnya suaranya lumayan juga, tapi sayangnya kagak ada yg mo dengar. Tapi boleh juga siy kl buat di jadiin soundtrack atraksi topeng monyet keliling untuk menggantikan instrument gendang kalau lagi rusak (sebab monyet kalau gak denger suara bunyi-bunyian khususnya bunyi-bunyi sumbang gak mo melakukan atraksinya). Nah, yang satu lagi dengan ikhlas dan sabar membiarkan suara-suara sumbang itu berseliweran dikupingnya. Seandainya suara-suara sumbang itu bisa ditangkap, secara preman tetangganya pasti akan mukulin itu suara sampai babak belur dan kapok, kalau perlu trus diiket, di gantung dan dijemur. Berhubung itu suara adanya di mulut Bang Jul, apa daya, tetangganya hanya mampu menangis dan merintih dalam hati.“Nasib...nasib... susah emang bertetangga sama artis kamar mandi”, jerit hati si tetangga.
Kemudian masing-masing melanjutkan kembali aktifitas pagi harinya.
Hari ini rencana Bang Jul memang tak semata datang berkunjung kerumah Neneng Sureneng tetapi Bang Jul memang mempunyai sebuah janji dengan Sepupunya yang berprofesi sebagai Dokter Hewan yang bernama Raisya atau biasa dipanggil Sasya, untuk membawakan sesuatu sebagai hadiah ulang tahunnya. Karena rumah Neneng Sureneng berada paling jauh ketimbang tempatnya Sepupu Bang Jul, maka Bang Jul memutuskan untuk berkunjung kerumah Neneng terlebih dahulu kemudian baru ketempat Sepupunya.
Boleh dikata ini adalah Sepupu yang Bang Jul merasa paling dekat hubungannya dari garis keturunan Ayahanda Bang Jul dibandingkan saudaranya yang lain. Dimana Bang Jul satu uyut kakung tapi laen uyut putri dengan Icha. Artinya, kakek si Sasya dan Bang Jul adalah bersaudara dari uyut putri yang berbeda yang berarti saudara tiri. (ngerti kan yahh..?)
Fiuhh..OMG!!! ternyata Bang Jul mempunyai uyut kakung yang perkasa, pejantan tangguh, senyum Bang Jul dalam hati. Bang Jul jadi ingat lagu Sheila on 7 yang berjudul Pejantan Tangguh. Tapi..., ahh gak usah di nyanyiin deh, ntar malah ada yang komplain lagi, Bang Jul sadar diri kali ini.
Kedua orangtua Bang Jul maupun Sasya sebenarnya sudah saling memberitahu tentang anak-anak mereka masing-masing pada saat pertemuan keluarga besar pada acara halal bihalal yang rutin diadakan setiap tahun dikampung halaman mereka di kampung jawara Ciomas Banten. Orang tua Sasya memberitahukan bahwa anaknya kuliah di Kedokteran Hewan di universitas yang sama tempat Bang Jul kuliah yaitu Institut Fleksibel Banget (IFB) di kota Buitenzorg yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi.
Si Sasya ini masuk Kedokteran Hewan tidak semata karena kecintaannya terhadap binatang tapi juga karena kelakuan si Sasya yang perilakunya suka menirukan tingkah laku binatang primata berbulu lebat yang botak bokongnya serta botak disekeliling user-user kepalanya. Juga agak-agak psikopat sama kucing serta anjing yang sering banget jadi korban kejahilannya. Apalagi kalo liat kambing yang lagi sendirian, bawaan si Sasya udah pengen ngedandanin niy kambing trus nyariin jodohnya lantas jadi penghulu dan ngebantu proses perkawinan mereka. Juga suka melakukan intervensi pada malam pertamanya si kambing dengan cara memberi intruksi serta arahan pada si kambing dengan terlebih dulu si betinanya di ikat disebuah tiang. Fiuhh.. rupanya Sasya sedikit memberi wejangan dan pengetahuan tentang hal-hal yang perlu dilakukan pada malam pertama dari apa yang ia telah baca dan ia telah lihat dari adegan film-film panas (jangan mikir yang macem-macem yahh..!!, maksudnya nonton sambil masak di dapur juga hawanya panas. :D). Bahkan tak jarang menuntun cara kawin yang baik bagi para kambing yang suka malu-malu dan malu-maluin. Maka bakat alamnya yang dibawa semenjak lahir inilah yang menuntun dia memasuki dunia Kedokteran Hewan di IFB ini.
Dinamakannya Universitas ini dengan nama Institut Fleksibel Banget dikarenakan hampir sebagian lulusannya yang telah lulus dan bekerja, pekerjaannya kadang tidak sesuai dengan bidang yang di ambil atau dipelajari semasa kuliah dulu. Bang Jul teringat bahwa banyak dari Mahasiswa/Mahasiswi Fakultas Pertanian yang bekerja di bidang Advertising, Property, Perbankan, Finance, Media dan lain-lain yang notabene mereka tidak pernah mendapat pengetahuan di bidang itu sebelumnya di bangku perkuliahan. Tapi karena IFB banyak menghasilkan lulusan yang berkualitas, maka tak jadi soal pekerjaan apapun yang bakal diterima lulusannya. Bang Jul pun merasa bersyukur bisa diterima di IFB ini apalagi kemudian diketahui bahwa Sepupunya juga kuliah dikampus yang sama.
Bang Jul dan Sasya hanya terpaut 1 tahun. Jadi Bang Jul adalah kakak kelas Sasya cuma beda Fakultas dan Jurusan. Suatu ketika Ibunda dari Sasya datang kerumah Bang Jul dalam rangka turut berduka cita atas wafatnya kakak Bang Jul yang meninggal dunia dan disinilah pertama kalinya Bang Jul mengenal kembali seorang Tante yang katanya dulu pernah hadir dalam khitanan Bang Jul sewaktu kecil dulu dan pernikahan Kakak Bang Jul yang paling tua.
“Whuaaa... ternyata Jul udah besar tohh, dulu waktu Tante kesini masih belum sebesar ini plus masih manja dan katanya dulu waktu maen ke pantai Ancol minta dibeliin kapal laut yahh...??” si Tante berkomentar setelah melihat sosok Bang Jul yang dulu dia lihat ternyata sekarang sudah mengalami pertumbuhan dan menjadi lelaki dewasa serta ganteng.
“Iyah Tante, ini saya yang dulu katanya Tante datang yah waktu khitanan saya” jawab Bang Jul tersipu malu-malu mengenang masa waktu ia dikhitan dulu..
“Dan saya pastinya nambah besar donk Tante, kan dikasih makan tiap hari.. Kucing dirumah ajah dikasih makan tiap hari, masa saya kagak siy..., kalau kayak gitu mending jadi kucing ajah deh saya..” timpal Bang Jul lagi, kali ini dengan senyum.
“Oia Tante, saya waktu maen kepantai ancol itu gak tau kalau kapal laut itu gak dijual, kalau dijual trus dipajang dirumah kayaknya kan bagus tuh Tante, bukan begitu..?, mangkanya saya minta dibeliin waktu itu..” Bang Jul berkata sambil berkelakar, karena ia tahu tentang kebodohan nya diwaktu kecil pada saat main ke pantai ancol dan minta dibelikan kapal laut yang sedang berlayar di tengah laut kepada orangtuanya dengan menangis merengek serta mengancam tak mau pulang kerumah. Suatu hal yang sangat mustahil bagi orangtua Bang Jul mengabulkan permintaan itu. Mungkin pada waktu itu orangtua Bang Jul juga berujar dalam hatinya, permintaan yang aneh, kenapa Bang Jul gak sekalian ajah minta dibeliin sama laut-lautnya...? Masih kecil ajah dah minta dibeliin kapal laut, apalagi nanti kalau dah gede nanti, bisa-bisa Bang Jul minta dibeliin pulau lagihh..
“Hahaha..., dasar kamu Jul, masih kecil ajah udah sok tauk mo beli kapal” si Tante tertawa mendengar perkataan Bang Jul.
“Oia, si Sasya dulu juga Tante ajak kesini loh Jul.., masih inget gak..??, sekarang dia juga kuliah ditempat kuliah kamu ambil Kedokteran Hewan. Coba kamu Jul cari-cari tau dehh, kan sekalian kenal sama saudara” Sang Tante pun memberitahu bahwa Sasya pun ikut hadir saat khitanan waktu itu dan menyuruh Bang Jul untuk mencari dan saling kenal.
Tapi mungkin karena peristiwa itu sudah berlangsung lama dan terlalu banyak orang yang hadir, Bang Jul pun tak bisa mengingat wajah dari Sepupunya itu.
“Wuaduhhh, kyknya saya dah lupa niy wajahnya si Sasya Tante” Bang Jul mencoba mengingat tapi rupanya tak berhasil.
“Oia, saya juga sudah diberitahu mama tentang si Sasya yang kuliah di universitas tempat saya kuliah. Sekarang dia ngekost dimana Tante..?” akhirnya Bang Jul beriniatif menanyakan tempat kost an si Sasya.
Namun sayang ibunda Sasya hanya mengingat daerah yang Bang Jul sudah cukup kenal tapi tidak mengingat alamat jelas atau nomer rumahnya yang berada di daerah TM(Taman Mahasiswa). Bang Jul berharap mungkin ada teman atau kenalannya yang satu daerah kost dengan Sepupunya itu. Sebelumnya juga Bang Jul memang mempunyai teman yang satu jurusan dengan Sepupunya. Mungkin dari sinilah Bang Jul bisa memulai mencari petunjuk tempat keberadaan kost si Sasya.
**********
by achul

5 comments:

dahlia said...

komen aaah...eh tantenya itu gw bukan hihiihihi
gw jadi dah liat yang di sunat itu dong
wakakakakakakakak

Anonymous said...

Thank you!
[url=http://xaycupfh.com/wcdf/bouv.html]My homepage[/url] | [url=http://ocmjjnid.com/kajm/vmmb.html]Cool site[/url]

Anonymous said...

Good design!
My homepage | Please visit

Anonymous said...

Nice site!
http://xaycupfh.com/wcdf/bouv.html | http://hsxcaldm.com/gsdc/fhlr.html

Anonymous said...

Cool blog, interesting information... Keep it UP » » »

Sekelumit Kisah Dua Manusia

Lagi musim hujan gini dengan cuaca awan mendung menggelantung, udara sejuk, dan lagi dengerin cerita seorang teman dengan tema asmara. Naman...