Thursday, March 23, 2017

Auto Pilot Menuju Allah SWT

ini adalah repost dari postingan-postingan yang terdahulu tapi menarik untuk dibaca kembali.

-------------------------------------------------------------------------------------------------

Ada sebuah tulisan menarik di website eramuslim.com. Pasti semua setuju bahwa ada sebuah pelajaran yg bisa dipetik dari tulisan dibawah ini. Semoga bisa membawa mamfaat untuk semuanya dan bisa diambil hikmah darinya. Amin..
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Seorang kakek berusia delapan puluh tahunan sangat rajin sekali berjamaah di sebuah masjid tua di desa kami. Bahkan dia sering menunggu pintu masjid dibuka. Sangat rajin sekali. Hujan pun tidak membuatnya udhur dari sholat berjamaah. Saya tertarik meng-interview untuk mencari tau “daya dorong apa yang begitu dahsyatnya, sehingga semua halangan bisa dia lalui dan berjamaah dengan istiqomah”.
Setelah ber-dzikir dan berdo’a bersama imam, sang kakek selalu menutupnya dengan sholat ba’diyah. Setelah selesai sholat ba’diyah, saya memberanikan diri untuk menyapanya:
“Assalaamu ‘alaikum Kek, hari ini sepi sekali masjid kita. Satu shaf-pun tidak penuh, pada ke mana ya? Kalo saja jamaah di Subuh ini bisa seperti jamaah ketika Sholat Ied……….”.
Sambil tersenyum Sang Kakek menjawab, “Semulya-mulya amal adalah yang didasari ke-ikhlasan. Amal tanpa ikhlas ibarat debu di atas batu, yang akhirnya hilang disapu hujan. Sang pengamal hanya dapat capek saja. Mungkin saat itu manusia menghargai dia karena kelihatannya taat dan rajin jamaah di masjid. Tapi itu semua tidak ada artinya dimata Allah. Allah tidak menilai sibuknya gerakan tubuh, tapi Allah menilai ikhlasnya hati. Yaitu ibadah yang hanya ditujukan pada-Nya”.
“Apa maksud Kakek yang tidak jamaah di Subuh ini berarti ketika Sholat Ied dia tidak ikhlas karena Allah?
“Bukan totally tidak ikhlas. Tapi mungkin daya dorong jamaahnya yang kurang kuat. Kadang orang yang merasa tidak salah, tidak merasa cukup punya alasan untuk minta maaf. Manusia yang berkecukupan, merasa belum perlu untuk meminta/ meng-hamba. Manusia yang sibuk dengan bisnis/kerjaannya, merasa sanggup “berdiri” tanpa bantuan Sang Khaliq. Singkat kata, orang merasa belum perlu ke dokter kalau tidak sakit. Tapi itu memang tidak terjadi pada semua manusia”.
“Manusia yang bagaimana yang tidak termasuk itu semua Kek?”.
“Manusia yang selalu berusaha memperbaiki diri dan bersyukur karena Alloh. Bukan yang agar dikenal sebagai orang baik di tengah-tengah manusia. Dengan kasih sayang-Nya, Alloh memberikan sistem “auto pilot” pada manusia”
“Apa maksud Kakek dengan “auto pilot” itu?”
“ Yaitu batasan di kanan kiri, dalam perjalanan ke arah pangkuan-Nya. Pada hakikatnya, semua perjalanan manusia adalah untuk menuju ke pangkuan kasih sayang-Nya. Siapapun dia!!!”
“Apa yang Kakek maksud dengan “batasan kanan” dan “batasan kiri” itu?”
“Ini hanya istilah saya saja. Manusia yang taat pada-Nya, pada hakikatnya dia telah berjalan kearah perjalanan yang benar menuju-Nya. Tapi kadang ketaatan ini membuatnya bangga diri dan mencela mereka yang sesat. Lambat laun keihlasannya tercemari dengan virus “riya”, yang pada akhirnya tujuan ibadahnya lebih untuk “pemutihan” dimata manusia. Tentu saja Alloh sama sekali tidak menerima ibadah jenis ini. Lalu dengan kasih sayang-Nya, dibelokkanlah manuver hidupnya ke arah kiri.
Titik “trigger” inilah yang merupakan “batasan kanan”. Singkat kata, “batasan kanan” adalah sifat riya”.
“Apakah ini berarti bahwa “batasan kiri” adalah musibah yang diakibatkan kemaksiatan?”
“Benar!!!”, jawab Sang Kakek sambil tersenyum.
“Apa Kakek dulu pernah mendalami agama?”
“Tidak, kakek belajar agama hanya sebatas belajar sholat, ngaji dan selebihnya cuma dari kutbah Jumat. Ketika kakek pensiun, kakek bingung bagaimana cara cepat bertaubat. Dosa banyak tapi sisa umur tinggal sedikit. Makanya cara cepat yang bisa kakek tempuh hanyalah dengan cara meng-ikhlas-kan semua ibadah karena-Nya. Ikhlas dan istiqomah adalah kata kuncinya”.
Alkhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukanku dengan Kakek tua, dan atas hikmah besar yang kudapat hari ini.
Dari:
Sugito – Batam

Taken from Eramuslim.com

Bersyukur

Alhamdulillah, kalimat yang seharusnya memang saya ucapkan atau kita semua ucapkan jika kita menerima sesuatu yang membuat diri kita merasa senang. Sebetulnya kalimat syukur ini seharusnya tidak hanya kita ucapkan pada saat kita menerima sesuatu yang menyenangkan saja tapi sesuatu yang kurang menyenangkan pun harusnya kita bersyukur. Kalau ada pertanyaan apa maksud dari kalimat saya ini, mungkin yang saya bisa jelaskan adalah kalimat syukur ini adalah kalimat pujian kepada Allah, Tuhan semesta alam. Dan sudah sepantasnya memang kita memuji Allah tidak hanya disaat kita senang tapi disaat apapun kondisi kita sudah sepantasnya kita memuji-Nya.

Ada beberapa type orang yang senantiasa bersyukur, antara lain:
1. Orang yang senantiasa mengingat Allah (bersyukur) disaat suka dan duka.
2. Orang yang hanya mengingat Allah (bersyukur) disaat senang tapi lupa disaat duka.
3. Orang yang hanya mengingat Allah(bersyukur) disaat susah tapi lupa disaat senang.
4. Orang yang tiada pernah mengingat Allah (bersyukur) disaat senang ataupun susah.

Pastinya sebaik-baiknya hamba Allah adalah orang yang masuk kedalam golongan pertama. Bagi hamba tersebut insyaAllah akan senantiasa bertambah rasa syukurnya baik dalam keadaan suka maupun duka. Bagi orang yang masuk dalam golongan kedua, mereka yg disaat senang merasa bahwa Allah menyayanginya tapi ketika ditimpa ujian dan musibah mereka merutuki dan merasa jika Allah tidak menyayanginya. Sedangkan golongan ketiga, fenomena yang mungkin umum terjadi dalam masyarakat kita yang mungkin bukan dalam konteks kerasa syukur tapi lebih kepada ingat kembali kepada Allah ketika ditimpa kesusahan dan lupa disaat bergelimang nikmat Allah. Dan golongan terakhir pastinya golongan yang jauh dari rasa mengingat Allah. Mungkin golongan ini yang menganut faham bahwa segala sesuatu yg diraih adalah hasil usaha jerih payahnya sendiri tanpa merasa ada campur tangan Allah. Kayak fir'aun kali yahh. Naudzubillah min dzalika.


Sebuah Perjalanan

Masih dalam sebuah perjalanan
tak putus-putus ku berjalan
tak henti-henti ku melangkah
dan tak pernah lelah ku mencari
hingga jiwa mengenal raga
dan raga mengenal jiwa
trus mencari dan mencari
sampai bertemu diri yg sejati
smua dalam cinta kasih Ilahi

akulah musafir
akulah sang pengembara
akulah si faqir
yg hanya berharap tetesan Rahmat
dari Tuhan semesta alam

bagaimana ku melepaskan belenggu dunia ini
yg telah lama memenjarakan pikiran dan jiwa ku
menghalangi pandangan mata hati ku
hingga ku rasa buta dan tak mampu melihat sebuah hakikat

terdampar ku jauh dalam dunia yg gelap
tanpa penerang tanpa pemandu jalan
terombang ambing dan terantuk batu kehidupan
penuh luka dan peluh jiwa

doa ku bergemuruh
ucap ku sungguh-sungguh
sbelum waktu ku tiba
akhiri ini smua dengan indah

Sunday, September 27, 2015

Manage Ekspetasi

Entah kenapa tiba-tiba saya teringat kembali dengan blog saya ini. Yup, inilah blog tempat saya mencurahkan isi hati, pikiran, guyonan yang gak penting yang secara iseng saya tulis. Semua yang saya tulis adalah apa yang saya lihat dan saya rasakan dan memang terkadang melankolis dan sok puitis.

Apa yang ditulis pasti ada inspirasinya baik itu sesuatu yang baik atau bahkan permasalahan atau persoalan kehidupan yang sedang dihadapi. Yup, setiap orang pasti memilik permasalahan atau persoalan hidup masing-masing. Ada yang sedang merasa marah, kecewa, sedih atau bahagia. Semua berkaitan dengan ekspetasi seseorang terhadap orang lain atau sesuatu.

yang di tinggal pacar pasti sedih, kecewa dan marah. Yang baru dapat pacar sedang merasa bahagia dan berbunga-bunga. Atau persoalan lainnya seperti misalnya  kita punya harapan ke orang lain tapi ternyata hasilnya tidak sesuai harapan atau bahkan tidak memenuhi harapan.

Saya sendiri pasti juga akan merasa kecewa jika apa yang saya harapkan hasilnya tidak sesuai. Tapi saya mencoba belajar untuk bisa memanage ekspetasi saya supaya saya tidak terlalu merasa kecewa. Secara manusiawi adalah hal yang wajar setiap orang bisa merasa kecewa, tapi kata orang bijak rasa kecewa terjadi karena kita tidak bisa memanage ekspetasi kita. Yup, memang benar ucapan tersebut tapi memang butuh waktu untuk melatih hati dan pikiran kita, butuh waktu kita bisa mengontrol hati dan pikiran kita. Terlebih apa yang menjadi harapan kita juga menjadi harapan orang lain.

Nah disinilah beratnya, seandainya harapan itu adalah milik kita sendiri, mungkin akan terasa lebih ringan bebannya. Tapi terkadang ada harapan orang lain melalui perantara kita, maka akan menjadi pe er tersendri bagaimana kita menjelaskan dan memberikan pengertian kepada orang lain berkaitan dengan memanage ekspetasi tersebut. Mungkin sebagian orang bisa melakukan apa yang kita lakukan tapi sebagian lainnya belum tentu.

Tapi saya berharap setiap dari kita belajar bagaimana memanage ekspetasi tersebut agar kita terhindar dari rasa kecewa dan yang paling penting adalah bisa mencari jalan keluar atau membuat plan B dari plan awal yang hasilnya tidak sesuai harapan tersebut.


Semoga doa saya.


Salam,
SB

Tuesday, September 16, 2014

Mari Membangun Bangsa

Belakangan ini sedang hangat-hangatnya berita politik seputar RUU pilkada yang katanya dulu dari perjuangan hasil reformasi melahirkan Pilkada langsung. Tapi belakangan ada tokoh reformasi mengatakan kalau dia keliru... waduhh... rek.. segampang itukah bilang kalau dia keliru...? tak sadarkan impact yang akan terjadi akibat keputusan yang salah yang melibatkan seluruh rakyat Indonesia...? tak pernah ada analisakah berkaitan dengan pancasila dan undang-undang dasar mengenai pilkada 10 tahun yang lalu.

Banyak rakyat yang awam mengenai hal ini mungkin yang gagal paham karena tak mengerti undang-undang hanya mampu menonton saja. Dan sepertinya isu ini juga menjadi ajang unjuk kekuatan dua kubu yang bertarung saat pilpres kemarin.

Saat ini rakyat sudah cukup cerdas untuk menilai perilaku para politisi yang semangatnya seperti ingin memamerkan kekuatan bahkan cenderung ingin menjatuhkan lawan. Tentu yang seperti ini tidak akan mendapatkan simpati atau bahkan menjadi antipati. Meskipun kita tahu para politisi tidak akan mendengarkan dan hanya akan menuruti ambisi politik para elitenya.

Jujur, rakyat ingin sekali melihat para politisi yang memiliki semangat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang besar. Dan bukan panggung politik, saling serang, saling sandera dan pamer kekuatan bahwa mereka punya kekuatan. CUKUP SUDAH pertarungan politik pada saat pilpres kemarin. Sekarang silahkan bekerja untuk memberikan kontribusi nyata dalam membangun bangsa. Bukan saling cakar atau saling serang antar politisi. Bukan itu yang ingin rakyat lihat Pak/Bu. Anda dipilih untuk membela kepentingan rakyat Indonesia bukan yang lainnya. Karena uang yang anda terima berasal dari uang seluruh rakyat indonesia.


Keep positive thinking

Saya selalu percaya setiap niat baik atau setiap tindakan yang baik akan menghasilkan atau mendapat balasan kebaikan pula. Mungkin tidak selalu saat itu juga atau detik itu juga kita mendapatkan balasan kebaikan tapi suatu saat entah itu dimana dan kapan pasti akan kita rasakan.

Setiap hal-hal yang menurut kita jelek atau yang tidak kita sukai belum tentu jelek buat kita. Pasti ada tujuan yang belum kita pahami. Terlambat paham gak jadi masalah asal jangan gagal paham. Karena banyak orang yang dengan mudah menghakimi tanpa ada perenungan atau porses pemahaman terlebih dahulu sehingga terjadilah gagal paham.

Dari semua itu yang perlu kita lakukan adalah tetap menanamkan pikiran positive atau berbaik sangka kepada Sang Pencipta. Sehingga kita lebih ikhlas dalam menjalani kehidupan kita. Saat ini dan nanti.


Salam,
Achul

Thursday, February 13, 2014

GWS Dede Sakhia..

Mempunyai anak adalah sebuah kebahagiaan tersendiri setelah kita menikah. Perasaan yang luar biasa dan campur aduk tentunya dialami ketika pertama kalinya memiliki anak pertama. Namun seiring berjalan waktu, kita yang telah menjadi orangtua atau ayah dan ibu mulai belajar untuk bisa tumbuh bersama dengan sang buah hati. Dan begitu juga ketika kemudian kita dipercaya dan diberikan lagi tambahan amanah dengan lahirnya adik sekaligus teman untuk sang kakak. kita sebagai orangtua harus lebih banyak belajar lagi dan lagi dan lagi....

Memberikan yang terbaik pasti akan dilakukan oleh semua orangtua untuk sang buah hati. Apapun mungkin kita lakukan untuk tumbuh kembang sang buah hati. Dan ketika buah hati kita jatuh sakit, rasanya kita sebagai orangtua ingin menggantikan posisi buah hati kita agar sakit itu pindah ke diri kita. Itulah apa yang sudah saya rasakan dan alami mulai dari si Kakak dulu dan saat-saat sekarang ini ketika si dede kecil mengalami sakit panas karena infeksi di telinga.

Semoga cepat sembuh yah Dede Sakhia (Gevayla Najma Sakhia)... cepat besar biar bisa main dengan Kakak Akbar (Geviadi Drajad Akbar).

Luv U all,
Ayahbunda.

Facing Common Enemy

At work, it’s almost impossible to get along with everyone. Some colleagues will rub you the wrong way—maybe they talk too much in meetings,...