ini adalah repost dari postingan-postingan yang terdahulu tapi menarik untuk dibaca kembali.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Ada
sebuah tulisan menarik di website eramuslim.com. Pasti semua setuju
bahwa ada sebuah pelajaran yg bisa dipetik dari tulisan dibawah ini.
Semoga bisa membawa mamfaat untuk semuanya dan bisa diambil hikmah
darinya. Amin..
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Seorang
kakek berusia delapan puluh tahunan sangat rajin sekali berjamaah di
sebuah masjid tua di desa kami. Bahkan dia sering menunggu pintu masjid
dibuka. Sangat rajin sekali. Hujan pun tidak membuatnya udhur dari
sholat berjamaah. Saya tertarik meng-interview untuk mencari tau “daya
dorong apa yang begitu dahsyatnya, sehingga semua halangan bisa dia
lalui dan berjamaah dengan istiqomah”.
Setelah
ber-dzikir dan berdo’a bersama imam, sang kakek selalu menutupnya
dengan sholat ba’diyah. Setelah selesai sholat ba’diyah, saya
memberanikan diri untuk menyapanya:
“Assalaamu
‘alaikum Kek, hari ini sepi sekali masjid kita. Satu shaf-pun tidak
penuh, pada ke mana ya? Kalo saja jamaah di Subuh ini bisa seperti
jamaah ketika Sholat Ied……….”.
Sambil
tersenyum Sang Kakek menjawab, “Semulya-mulya amal adalah yang didasari
ke-ikhlasan. Amal tanpa ikhlas ibarat debu di atas batu, yang akhirnya
hilang disapu hujan. Sang pengamal hanya dapat capek saja. Mungkin saat
itu manusia menghargai dia karena kelihatannya taat dan rajin jamaah di
masjid. Tapi itu semua tidak ada artinya dimata Allah. Allah tidak
menilai sibuknya gerakan tubuh, tapi Allah menilai ikhlasnya hati. Yaitu
ibadah yang hanya ditujukan pada-Nya”.
“Apa maksud Kakek yang tidak jamaah di Subuh ini berarti ketika Sholat Ied dia tidak ikhlas karena Allah?
“Bukan
totally tidak ikhlas. Tapi mungkin daya dorong jamaahnya yang kurang
kuat. Kadang orang yang merasa tidak salah, tidak merasa cukup punya
alasan untuk minta maaf. Manusia yang berkecukupan, merasa belum perlu
untuk meminta/ meng-hamba. Manusia yang sibuk dengan bisnis/kerjaannya,
merasa sanggup “berdiri” tanpa bantuan Sang Khaliq. Singkat kata, orang
merasa belum perlu ke dokter kalau tidak sakit. Tapi itu memang tidak
terjadi pada semua manusia”.
“Manusia yang bagaimana yang tidak termasuk itu semua Kek?”.
“Manusia yang selalu berusaha memperbaiki diri dan bersyukur karena Alloh. Bukan yang agar dikenal sebagai orang baik di tengah-tengah manusia. Dengan kasih sayang-Nya, Alloh memberikan sistem “auto pilot” pada manusia”
“Manusia yang selalu berusaha memperbaiki diri dan bersyukur karena Alloh. Bukan yang agar dikenal sebagai orang baik di tengah-tengah manusia. Dengan kasih sayang-Nya, Alloh memberikan sistem “auto pilot” pada manusia”
“Apa maksud Kakek dengan “auto pilot” itu?”
“ Yaitu batasan di kanan kiri, dalam perjalanan ke arah pangkuan-Nya. Pada hakikatnya, semua perjalanan manusia adalah untuk menuju ke pangkuan kasih sayang-Nya. Siapapun dia!!!”
“ Yaitu batasan di kanan kiri, dalam perjalanan ke arah pangkuan-Nya. Pada hakikatnya, semua perjalanan manusia adalah untuk menuju ke pangkuan kasih sayang-Nya. Siapapun dia!!!”
“Apa yang Kakek maksud dengan “batasan kanan” dan “batasan kiri” itu?”
“Ini hanya istilah saya saja. Manusia yang taat pada-Nya, pada hakikatnya dia telah berjalan kearah perjalanan yang benar menuju-Nya. Tapi kadang ketaatan ini membuatnya bangga diri dan mencela mereka yang sesat. Lambat laun keihlasannya tercemari dengan virus “riya”, yang pada akhirnya tujuan ibadahnya lebih untuk “pemutihan” dimata manusia. Tentu saja Alloh sama sekali tidak menerima ibadah jenis ini. Lalu dengan kasih sayang-Nya, dibelokkanlah manuver hidupnya ke arah kiri.
“Ini hanya istilah saya saja. Manusia yang taat pada-Nya, pada hakikatnya dia telah berjalan kearah perjalanan yang benar menuju-Nya. Tapi kadang ketaatan ini membuatnya bangga diri dan mencela mereka yang sesat. Lambat laun keihlasannya tercemari dengan virus “riya”, yang pada akhirnya tujuan ibadahnya lebih untuk “pemutihan” dimata manusia. Tentu saja Alloh sama sekali tidak menerima ibadah jenis ini. Lalu dengan kasih sayang-Nya, dibelokkanlah manuver hidupnya ke arah kiri.
Titik “trigger” inilah yang merupakan “batasan kanan”. Singkat kata, “batasan kanan” adalah sifat riya”.
“Apakah ini berarti bahwa “batasan kiri” adalah musibah yang diakibatkan kemaksiatan?”
“Benar!!!”, jawab Sang Kakek sambil tersenyum.
“Apa Kakek dulu pernah mendalami agama?”
“Tidak, kakek belajar agama hanya sebatas belajar sholat, ngaji dan selebihnya cuma dari kutbah Jumat. Ketika kakek pensiun, kakek bingung bagaimana cara cepat bertaubat. Dosa banyak tapi sisa umur tinggal sedikit. Makanya cara cepat yang bisa kakek tempuh hanyalah dengan cara meng-ikhlas-kan semua ibadah karena-Nya. Ikhlas dan istiqomah adalah kata kuncinya”.
Alkhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukanku dengan Kakek tua, dan atas hikmah besar yang kudapat hari ini.
“Apa Kakek dulu pernah mendalami agama?”
“Tidak, kakek belajar agama hanya sebatas belajar sholat, ngaji dan selebihnya cuma dari kutbah Jumat. Ketika kakek pensiun, kakek bingung bagaimana cara cepat bertaubat. Dosa banyak tapi sisa umur tinggal sedikit. Makanya cara cepat yang bisa kakek tempuh hanyalah dengan cara meng-ikhlas-kan semua ibadah karena-Nya. Ikhlas dan istiqomah adalah kata kuncinya”.
Alkhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukanku dengan Kakek tua, dan atas hikmah besar yang kudapat hari ini.
Dari:
Sugito – Batam
Taken from Eramuslim.com
Sugito – Batam
Taken from Eramuslim.com
No comments:
Post a Comment