Kalau anda adalah para penonton televisi maka perhatikanlah tayangan iklan yang ada saat menjelang bulan ramadhan dan saat bulan ramadhan. Pasti kita akan menemukan iklan-iklan yang jarang tayang tiba-tiba banyak tayang atau yang udah sering tayang semakin sering muncul dan ada dimana-mana. Contohnya adalah iklan obat sakit maag, syrup, biskuit, mie instant, sarung, dan pastinya iklan telekomunikasi yang saat ini ramai berperang tariff.
Yup, bulan ramadhan kerap dijadikan moment untuk beriklan oleh para advertiser atau pengiklan, apalagi saat menjelang berbuka dan saat waktu sahur. Saat menjelang berbuka disediakan waktu untuk iklan sebagai pengantar menuju adzan maghrib. Padahal sebelum bulan ramadhan terkadang adzan maghrib ditayangkan tanpa ada iklan sebelumnya. Maksudnya adzan maghrib bisa-bisa tiba berkumandang jika sudah waktunya meski saat itu program masih berjalan dan tanpa ada iklan. Tapi pada saat bulan ramadhan, sebelum adzan maghrib para pemilik TV station memberikan waktu untuk beriklan yang durasinya bervariasi, mulai 10 menit s/d 5 menit waktu untuk iklan menuju adzan maghrib. Mungkin secara indonesia memang mayoritas adalah beragama Islam maka ketika bulan ramadhan tiba banyak mata tertuju ke televisi untuk menantikan adzan maghrib. Bahkan kl bole dibilang adzan maghrib menjadi acara primadona dibandingkan dengan acara-acara lainnya. Kalau saja adzan magrib diberikan nama sebagai suatu program, saya yakin adzan maghrib akan menjadi program dengan rating paling tinggi selama bulan ramadhan.
Pun begitu dengan waktu sahur, selain bulan ramadhan, kebanyakan atau hampir semua produsen atau advertiser enggan untuk beriklan diwaktu ini. Karena selepas jam 12 malam s/d jam 6 pagi adalah waktu yg kurang efektif untuk beriklan khususnya untuk para produsen mass product yang menginginkan iklannya dilihat banyak orang. Karena waktu yang paling menjadi favorit untuk beriklan adalah jam 6 sore s/d jam 10 malam. Tapi tak berlaku jika bulan ramadhan datang, para produsen atau advertiser malah berlomba-lomba untuk beriklan diwaktu sahur dan bahkan menjadi sebuah sponsor di program sahur. Dan ini pun menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi para pemilik TV station. Lagi-lagi inilah keberkahan sebuah bulan yang bernama bulan ramadhan.
Tapi ada satu yang menjadi perhatian saya yang berhubungan dengan marketing TV station dengan para advertiser berkenaan dengan program-program dibulan ramadhan khususnya program diluar blocking time ataupun infotainment. Saya sebut saja sebuah contoh program ramadhan tersebut adalah sinetron dan komedi. Rasanya, para advertiser semakin tidak smooth dan terkesan memaksakan agar product mereka terekspose kepada target audiencenya. Normalnya mungkin para advertiser beriklan dengan cara yang jamak dilakukan seperti (materi TVC, running text, super impose, squeze frame). Untuk hal-hal ini sudah biasa saya maklum. Tapi ketika advertiser berusaha mencari inovasi lain dalam beriklan dalam sebuah program tapi terkesan memaksakan rasanya saya sebagai pemirsa tidak rela program tersebut diperlakukan seperti itu. Secara saya juga insan periklanan, saya dapat dengan mudah melihat jika cara-cara yang dilakukan dalam program semisal dialog atau background/setting lokasi syuting ataupun shoot yg memperlihatkan sebuah product adalah sebuah iklan yang sedang dibangun oleh seorang advertiser yang kadang pengemasannya kurang baik menurut saya. Inilah yang saya bilang terkesan memaksakan. Saya merasa menjadi kurang suka menonton program yang sudah ditreatment atau built in sepert ini.
Jika anda suka menonton program sahur Para Pencari Tuhan atau re-runnya sehabis maghrib, coba anda ingat dan perhatikan, disana kl anda sadar ada iklan sebuah obat masuk angin yang bridgingnya adalah sebuah dialog dimana pemeran sedang merasa tidak enak badan atau masuk angin yang kemudian temannya membawakan obat masuk angin tersebut. Selain itu product lainnya dalam program yang sama adalah sebuah product oli pelumas yang saya yakin kita smua pasti aware dengan brand tersebut. Artinya kini para advertiser berusaha mencari celah bagaimana iklannya bisa terekspose. Tapi sayangnya menurut saya itu malah bisa merusak selera menonton para pemirsanya khususnya saya. Jika hanya sekali mungkin masih bisa saya maklumi tapi sayangnya ini terjadi berkali-kali. Saya sadar, pendapat saya tidaklah penting tp yang terpenting adalah bagaimana angka berbicara mengenai banyaknya orang yg menonton program ini. Sehingga tak jadi soal bagaiman iklan itu disisipkan asalkan masih banyak orang yg suka dengan program ini. Setelah saya melihat ini, jujur saya menjadi malas menonton program ini meskipun saya sadar pastinya banyak pesan moral yang bisa diambil dari program ini.
Sebuah tv station lainnya jg ada yg melakukan hal yang sama yaitu komedi pada saat jam primetime. Disini sering sekali product atau promo sebuah product telekomunikasi di shoot secara sengaja bahkan menjadi background yang memang saya yakin ini adalah sbuah program yg sudah disponsorinya. Melihat hal ini saya malah menjadi lebih senang dengan konsep program kuis yang memang settingan syutingnya atau backgroundnya dibuat untuk keperluan advertiser (branding). Mending sperti ini menurut saya ketimbang masuk dalam program yang jadinya bisa merusak selera menonton penontonnya(saya). Entah dengan para penonton lainnya apakah merasakan hal seperti ini atau tidak.
Dari hal diatas saya jadi teringat ketika saya melihat atau menonton sebuah program bagus dan ada ide untuk bisa mensponsori program tersebut atau built in program. Tapi apa respon dari sang pemilik program? mereka tidak bersedia melakukan built in kedalam program tersebut karena akan merusak program itu atau membuat penonton tak lagi suka dengan program ini. Saya sebenarnya sadar bahwa saya juga merasa sayang kl program ini harus tercemar dengan iklan yang akan disisipkan didalam. Dari sini saya menjadi belajar bahwa memang dalam dunia pertelevisian ada program yang memang dijaga kredibilitasnya dan hanya bisa dimasuki iklan-iklan biasa saja tanpa built in, dan ada juga program yang memang diperuntukan untuk dapat dilakukan apa saja demi keperluan iklan. Mau disponsorin hayuk, mo dibikin built in boleh, mo diapain saja asal sesuai dengan konsep programnya pasti dilakukan. Bahkan bisa dikatakan program ini lacur sama iklan, mo diperkosa kyk gimana jg sok ajah, mo gaya apa juga, yang penting ada uang abang sayang. Begitulah yang terjadi.
Dari apa yg saya tulis diatas, sebenarnya bereksplorasi, berkreasi dan mencari inovasi untuk membuat suatu iklan/promosi yang kreatif adalah sah-sah saja. Tapi yang terpenting dari hal itu adalah menjaga nilai-nilai estetikanya agar iklan/promosi kreatif tersebut tidak malah membunuh/merusak program dengan akhirnya ditinggalkan oleh penontonnya tapi sebaliknya mengemas program menjadi lebih indah dan menarik untuk ditonton. Inilah tantangan para advertiser khususnya para creative atau media agencynya untuk berpikir mencari ide-ide yang brillian atau cemerlang. Semoga saja hal-hal ini kedepannya dapat lebih diperhatikan lagi. Semoga. :)