Hampir tujuh bulan sudah peristiwa yg tidak mengenakan itu terjadi. Aku bukan ingin mengingatkan tentang peristiwa yang lalu tapi ada seseorang yg merasa resah dengan beberapa hal yang berkaitan dengan masa laluku. Dan seseorang ini punya arti penting dalam hidupku saat ini. Inilah yang bisa ku lakukan untuk bisa menenangkannya.
Sejak peristiwa itu aku pun memutuskan untuk merenung dan mencoba mengerti serta berusaha tuk memaafkan. Selanjutnya yang aku lakukan adalah lebih memilih untuk berdiam diri dan tak ingin membuat komunikasi untuk sementara waktu. Nomor telp esia yang biasanya aku gunakan untuk berkomunikasi denganmu pun terpaksa aku hanguskan demi mengubur masa lalu itu meskipun nomer tersebut sudah banyak dan tersebar ke beberapa teman-teman dekatku. Bahkan kini HP itu pun beralih tangan karena ku berikan kepada adikku meskipun adikku sudah mempunyai nomer GSM. Hal lain yang aku lakukan adalah menghilangkan smua hal-hal yang berbau tentangmu, mulai dari FS hingga YM. Entah disadari olehmu atau tidak aku melakukannya sebagai terapi penyembuhan dari luka masa laluku. Bahkan email-email yang kau kirimkan pun tak pernah aku hiraukan dan kelak tak akan berguna jika aku memutuskan mengundurkan diri dari tempatku bekerja. Mungkin itu bisa membantuku tuk lepas dari bayang-bayang masa laluku.
Bukan aku tak memberi maaf dan bukan aku hendak memutus komunikasi atau silaturahmi. Aku hanya memilih diam. Meskipun seandainya engkau mengajukan pertanyaan atau mencoba membuat komunikasi denganku, aku akan tetap diam. Karena diam bisa bermakna berbagai hal. Diam bukan berarti tak memberi maaf dan diam bukan berarti memutus komunikasi atau silaturahmi. Aku hanya ingin diam dan diam darimu.
Mungkin mudah bagimu tuk melupakan peristiwa itu dan cepat sembuh dari akibat yg ditimbulkannya. Tapi tidak mudah bagiku. Pastinya setiap orang membutukan waktu untuk penyembuhan atau recovery dari luka masa lalu tapi waktu yang dibutuhkan sangatlah relatif untuk setiap orang. Mungkin dirimu hanya butuh 1-2 bulan tuk penyembuhan itu tapi untukku waktu tersebut masih blumlah cukup. Entah 1 tahun waktu yang kuperlukan tuk sembuh atau mungkin lebih dari itu. Dan selama itu aku tetap memilih untuk diam.
Aku diam bukan berarti tak memaafkanmu.
Aku diam bukan berarti aku memutus silatrurrahmi denganmu.
Aku diam untuk meredam bayang-bayang peristiwa itu meski aku tahu takkan pernah bisa menghapusnya.
Aku diam untuk belajar lagi dan lagi apa arti hidup sesungguhnya.
Aku diam tuk merenung, bercermin dan memperbaiki diri.
Aku diam tak memperdulikan kunjunganmu ke blog ku, melihat FS ku maupun kiriman2 imelmu.
Aku diam ingin menata hatiku kembali dari puing-puing kekecewaan.
Aku diam berharap pengertian darimu tuk bisa menjaga jarak denganku sementara waktu sampai aku mengijinkannya.
Aku diam tanpa ada rasa keingintahuanku tentangmu dan berharap kau melakukan hal yang sama denganku.
Aku diam dalam keikhlasanku menerima jalan hidupku dan ketetapan dari Tuhanku.
Dan aku memilih diam untukmu.
Sejak peristiwa itu aku pun memutuskan untuk merenung dan mencoba mengerti serta berusaha tuk memaafkan. Selanjutnya yang aku lakukan adalah lebih memilih untuk berdiam diri dan tak ingin membuat komunikasi untuk sementara waktu. Nomor telp esia yang biasanya aku gunakan untuk berkomunikasi denganmu pun terpaksa aku hanguskan demi mengubur masa lalu itu meskipun nomer tersebut sudah banyak dan tersebar ke beberapa teman-teman dekatku. Bahkan kini HP itu pun beralih tangan karena ku berikan kepada adikku meskipun adikku sudah mempunyai nomer GSM. Hal lain yang aku lakukan adalah menghilangkan smua hal-hal yang berbau tentangmu, mulai dari FS hingga YM. Entah disadari olehmu atau tidak aku melakukannya sebagai terapi penyembuhan dari luka masa laluku. Bahkan email-email yang kau kirimkan pun tak pernah aku hiraukan dan kelak tak akan berguna jika aku memutuskan mengundurkan diri dari tempatku bekerja. Mungkin itu bisa membantuku tuk lepas dari bayang-bayang masa laluku.
Bukan aku tak memberi maaf dan bukan aku hendak memutus komunikasi atau silaturahmi. Aku hanya memilih diam. Meskipun seandainya engkau mengajukan pertanyaan atau mencoba membuat komunikasi denganku, aku akan tetap diam. Karena diam bisa bermakna berbagai hal. Diam bukan berarti tak memberi maaf dan diam bukan berarti memutus komunikasi atau silaturahmi. Aku hanya ingin diam dan diam darimu.
Mungkin mudah bagimu tuk melupakan peristiwa itu dan cepat sembuh dari akibat yg ditimbulkannya. Tapi tidak mudah bagiku. Pastinya setiap orang membutukan waktu untuk penyembuhan atau recovery dari luka masa lalu tapi waktu yang dibutuhkan sangatlah relatif untuk setiap orang. Mungkin dirimu hanya butuh 1-2 bulan tuk penyembuhan itu tapi untukku waktu tersebut masih blumlah cukup. Entah 1 tahun waktu yang kuperlukan tuk sembuh atau mungkin lebih dari itu. Dan selama itu aku tetap memilih untuk diam.
Aku diam bukan berarti tak memaafkanmu.
Aku diam bukan berarti aku memutus silatrurrahmi denganmu.
Aku diam untuk meredam bayang-bayang peristiwa itu meski aku tahu takkan pernah bisa menghapusnya.
Aku diam untuk belajar lagi dan lagi apa arti hidup sesungguhnya.
Aku diam tuk merenung, bercermin dan memperbaiki diri.
Aku diam tak memperdulikan kunjunganmu ke blog ku, melihat FS ku maupun kiriman2 imelmu.
Aku diam ingin menata hatiku kembali dari puing-puing kekecewaan.
Aku diam berharap pengertian darimu tuk bisa menjaga jarak denganku sementara waktu sampai aku mengijinkannya.
Aku diam tanpa ada rasa keingintahuanku tentangmu dan berharap kau melakukan hal yang sama denganku.
Aku diam dalam keikhlasanku menerima jalan hidupku dan ketetapan dari Tuhanku.
Dan aku memilih diam untukmu.
4 comments:
pasti lukanya dalem banget ya Cul. emang kalo dah tersakiti mending diam ya Cul.
:) no comment deh lind.
Tapi ya ini yg mungkin bs gw lakukan. The best way for a while. :)
didiamin mungkin lukanya bisa cepat sembuh sendiri..selamat pagi mas syamsul
Post a Comment